Pintu Surgamu berada di Rumah

2470
0
BERBAGI

 

Bismillah…

Agama Islam adalah agama yang sempurna dari segala sisi, tujuannya jelas, tata cara dalam setiap ibadahnya juga jelas seperti matahari di siang bolong, hal ini memudahkan pemeluknya dalam menjalankan syari’at Islam agar mencapai tujuannya.

Tujuan yang sangat besar bagi umat Islam adalah keridhoan Allah dan rahmatnya yang mana dengan itu menjadi sebab seseorang masuk surga. Lantas apakah kita boleh berharap surga dalam beramal? Ya sangat boleh, karena memang itu yang akan kita tuju nantinya. Sebelum jauh membahas permasalahan, kita definisikan dulu apa itu surga, Surga adalah suatu tempat yang di dalamnya penuh kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah untuk orang-orang beriman dan beramal shaleh. Allah Ta’ala Dalam banyak ayat menyebutkan hal ini, diantaranya:

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ(8)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.”(QS. Al Bayyinah: 7-8).

Sifat kenikmatan di surga tidak sama dengan yang ada di dunia, mungkin bisa jadi hanya nama yang sama tapi hakikatnya berbeda.

Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam meriwayatkan hadist langsung dari Allah (biasa disebut dengan hadist qudsi), Allah Ta’ala berfirman:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Allah berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shaleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam kalbu manusia.” (HR. Bukhari Muslim)

Dengan ini adalah janji Allah yaitu berupa balasan Surga, maka selayaknya bagi seorang yang beriman untuk berlomba-lomba dalam meraihnya.

Salah satu amalan yang besar untuk meraih surga setelah rahmat dari Allah adalah Birrul Walidain (Berbakti kepada kedua orang tua). Inilah yang kita sebut pintu surga berada di rumah.

Perhatikan hadist ini,

Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad dan yang lain derajatnya Hasan).

Al-Qadly bin ‘Iyadl ketika menafsirkan hadits ini beliau mengatakan:

أوسطها أي أحسنها و أعلاها

Pintu surga paling tengah adalah yang terbaik dan paling tinggi.

Namun banyak dari kita melupakan dan menyia-nyiakan hal ini, sehingga terjadi kedurhakaan yang merajalela.

Sungguh Miris, kita dengar ada anak membentak orang tuanya.

 

Sungguh miris, kita dengar ada anak melukai hati orang tuanya.

 

Sungguh miris, kita dengar ada anak memukul orang tua.

 

Sungguh miris, kita dengar ada anak tidak bertegur sapa dengan orang tuanya.

 

Bahkan, ada fenomena anak mengusir orang tuanya, ada juga seorang anak membunuh orang tuanya. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un

Na’udzu billah min dzalik.

Demi Allah, kalau ada anak yang berperilaku seperti salah satu perkara yang kita sebutkan diatas maka percayalah bahwa hidupnya tidak akan nyaman dan tidak tentram, akan selalu di gandrungi kesusahan, hal banyak terbukti dimana-mana, termasuk di daerah penulis.

Lihatlah, tatkala Allah Ta’ala berfirman tentang perintah berbakti kepada orang tua,

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya (masih hidup) sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” [Al-Israa’ : 23-24]

Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil , dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]

Dalam dua ayat ini Allah Ta’ala menggandengkan perintah berbakti kepada orang tua dengan perintah mentauhidkannya, ini menunjukkan betapa besar posisi berbakti kepada orang tua dalam kacamata syariat Islam.

Dalam sebuah hadist yang d riwayatkan Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu beliau bercerita:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ، قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jangan sampai kita menyesal nantinya tatkala mereka sudah meninggal dunia, sedangkan kita menyia-nyiakan keberadaannya, sebagaimana banyak dari kita mengalaminya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.

رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga” (Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad)

Betapa banyak dari kita melupakan jasa-jasa orang tua!!

Apakah kita tidak ingat, ketika ibu mulai hamil, dimana yang ada di dalam perut tatkala itu adalah kita, ibu kita merasakan mual, nyidam ini dan itu, mau tidur tidak enak, mau makan juga tidak enak, intinya semua serba susah.

Belum lagi tatkala kita sudah mulai tumbuh besar di dalam kandungan ibu, betapa beratnya beban yang harus di tanggung olehnya, bukan hanya 1 bulan, 2 bulan saja, akan tetapi 9 bulan bahkan bisa jadi lebih. Itu hanya proses mengandung saja sudah sangat menyusahkan, belum lagi tatkala melahirkan, nyawa menjadi taruhannya untuk mengeluarkan kita ke bumi ini, darah bercucuran mengalir begitu deras, itu kalau normal. Belum lagi kalau proses persalinan tidak normal, misalnya lahir secara cesar yang mana perutnya harus di robek dan dibedah demi menyelamatkan kita.

Dan tatkala kita sudah lahir, kita sering menangis, minta air susu, bahkan ada diantara kita tatkala masih bayi, kencing dan buang air besar di pangkuan mereka. Tidakkah kita ingat hal itu? Atau kita hanya berfikir bahwa kita itu tiba-tiba sudah besar seperti saat ini? Kalau itu yang ada dalam fikiran kita, maka buang jauh-jauh hal itu.

Tadi kita bicara tentang sepucuk dari jasa ibu, yang tidak akan pernah bisa terbalaskan walau dengan uang sebanyak apapun nominalnya. Belum lagi kasih sayang dan kesabaran yang diberikan olehnya dalam mengasuh kita, mendidik kita dll.

Beralih ke jasa ayah kita, beliau rela pergi pagi pulang malam demi mencari sesuap nasi buat kita, terkadang jasa bapak tidak terlalu nampak menurut kita, tapi sebenarnya itu adalah cara syaitan untuk menutupi kebaikan ayah kepada kita. Bayangkan, tatkala ayah kita sedang bekerja, beliau peras keringatnya demi kita, beliau ingat bahwa dirumah ada sosok kita yang sedang menunggu. Beliau bertambah semangat tatkala teringat suara tangis kita, dan tatkala teringat tawa lucu kita. Terkadang beliau lupa makan karena memikirkan kesehatan, pendidikan kita. Itulah sepucuk jasa Ayah yang telah mereka berikan kepada kita. Masih banyak jasa-jasa yang lain yang tentunya tidak akan cukup sebuah tinta menuliskan semua jasa mereka (kedua orang tua kita) kalau kita perincikan satu-persatu.

Gapai surga dengan berbakti kepada mereka, sampai Nabi salallahu ‘alaihissalam mengatakan bahwasannya seseorang itu rugi tatkala mendapati orang tuanya masih hidup (di usia tuanya), tapi hal itu tidak menyebabkan kita masuk ke dalam surga. Hadist telah kita sebutkan diatas.

Peringatan buat kita, jangan sekali-kali berbuat durhaka kepada kedua orang tua kita. Pantaslah Imam Dzahabi dalam kitabnya “Al-Kabair” menyebutkan bahwa durhaka kepada orang tua termasuk kategori dosa besar yang paling besar, masuk dalam kategori 10 Besar.

Jangan sampai kita mendapatkan murka Allah karena perbuatan durhaka kita kepada orang tua kita,

Perhatikan hadist ini,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR. Bukhari)

Wahai sahabat, bukalah hati kita semua!! Segeralah minta maaf kalau kita pernah menyakitinya sebelum terlambat, janguk mereka tatkala kalian hidup jauh darinya, kasih hadiah yang layak kepada mereka sesuai kemampuanmu, doakan mereka dalam sujudmu dan pada waktu-waktu mustajab.

Semoga kita bisa jadi anak yang berbakti kepada orang tua, serta bisa memaksimalkan keberadaannya saat ini sebelum penyesalan datang. Wallahu ‘Alam

 

 

Penulis : Abu Yusuf Akhmad Ja’far

Editor : Ust. Azmy Shiddiq

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY