Al Mada-ini berkata, “Yang pertama kali mengajarkan adanya jamuan adalah Nabi Ibrahim al-Khalil ‘alaihis salam, yang pertama kali menemukan bubur adalah Hasyim, dan yang pertama kali di dalam Islam memberi buka puasa dengan hidangannya adalah Ubaidullah bin Abbas. Dialah di dalam Islam yang pertama kali meletakkan hidangan di pinggir jalan. Jika dia sudah mengeluarkan makanan dari rumah, ia tak akan mengambilnya kembali. Jika ternyata tidak ada yang memakannya, ia biarkan di jalan.” (Ghidza’ al-Albab, As Safarini, 2/115)
Suatu ketika Ubaidullah bin Abbas didatangi oleh seorang pengemis, sedangkan si pengemis tidak mengenalnya. Si pengemis berkata, “Bersedekahlah kepadaku! Aku diberi tahu bahwa Ubaidullah bin Abbas memberi pengemis 1000 dirham dan meminta maaf kepadanya.” Ubaidullah menjawab, “Apalah saya jika dibanding Ubaidullah?”
Si pengemis bertanya, “Tidak sebanding dalam hal kemuliaan nasab atau kedermawanan?”
Ubaidullah menjawab, “Keduanya.”
Si pengemis berkata, “Kemuliaan itu tergantung muru-ah (wibawa) dan perbuatan. Jika kamu mau, kamu bisa berbuat. Jika kamu berbuat maka kamu mulia!”
Kemudian Ubaidullah memberinya 2000 dirham, dan meminta maaf karena terlalu sedikit infaqnya.
Si pengemis kembali berkata, “Andaikan kamu bukan Ubaidullah bin Abbas, kamu lebih baik daripada dia. Jika kamu adalah dia, maka kamu hari ini lebih baik daripada hari kemarin.”
Setelah itu Ubaidullah memberinya 1000 dirham lagi.
Si pengemis lalu berkata, “Dia adalah sosok yang dermawan dan mulia.”
(Al-Mustajad min Fa’alat al-Ajwad, At Tanukhi)
Ubaidullah adalah sosok yang terkenal dan banyak berjasa, namun ia tak menonjolkan diri dan berkata “aku”. Inilah tanda keikhlasan.
Sahabat, sebanyak apapun kita berkontribusi untuk Islam dan kaum muslimin, jangan pernah merasa jasa kita besar. Karena apa yang kita perbuat masih sangat kecil.
Tetap semangat memberi, tanpa merasa tinggi hati!
Redaksi Sahabat Yamima