Subhanallah… Pejuang Yang Menakjubkan

1155
0
BERBAGI

 

 

Rafi’ bin Abdillah berkata, “Hisyam bin Yahya al-Kinani menceritakan kepadaku; Aku akan menceritakan kepadamu suatu kejadian yang langsung saya lihat dan saksikan.”

Aku menjawab, “Ceritakanlah kepadaku, Wahai Abu Walid!”

Abu Walid berkata, “Kami pernah memerangi negeri Romawi tahun 38 H. Pasukan kami terdiri dari penduduk Bashrah dan Jazirah. Kami saling melayani, menjaga, dan menyiapkan makanan. Kala itu ada seorang pemuda bernama Said bin Harts.

Dia begitu rajin ibadah, puasa di siang hari dan shalat di malam hari. Kami hendak meringankan tugasnya karena begitu panjang shalat dan banyak puasanya. Namun ia enggan, ia tetap bersikeras mengerjakan setiap tugasnya. Tidaklah aku melihatnya siang dan malam, melainkan ia selalu dalam kondisi semangat.

Suatu malam aku mendapat tugas jaga bersamanya. Tatkala itu kami telah mengepung salah satu benteng Romawi, namun begitu sulit. Pada malam itu aku melihat Said begitu semangat dan sabar beribadah, hingga membuatku merasa kerdil. Itu adalah karunia yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Tatkala pagi tiba, ia belum juga tidur. Aku katakan kepadanya, “Ringankanlah bebanmu, dirimu memiliki hak atasmu”, dan Nabi SAW bersabda, “Kerjakanlah amal yang kalian mampu!”

Dia pun menjawab, “Hai saudaraku, hidup hanyalah nafas sejenak, umur yang sirna, hari-hari berlalu, dan saat ini aku hanyalah seorang yang menunggu mati.”

Aku pun menangis mendengar jawabannya

Aku memohon kepada Allah pertolongan dan keteguhan untukku dan dirinya. Kemudian aku sampaikan, “Istirahatlah sejenak, sebab kamu tak tahu apa yang akan diperbuat musuh”

Ia pun tidur di bawah naungan tenda, sedangkan kawan-kawan kami berpencar di kancah perang .

Aku sendiri tinggal untuk menjaga tunggangan dan membuat makanan. Tatkala itu, tiba-tiba aku mendengar percakapan dari arah tenda. Aku pun heran karena tak ada seorang pun kecuali Said yang tengah tertidur. Aku mengira ada seorang mendatanginya dan tak aku lihat. Aku pun ke samping tenda namun tak melihat seorangpun. Sedangkan Said masih dalam kondisi tidur, hanya saja ia berkata-kata dan tertawa dalam tidur.

Aku pun menemuinya dan hafal ucapannya. Dia membentangkan tangannya seolah mengambil sesuatu, lalu ia kembalikan dengan tenang dan tersenyum seraya berkata, “Kalau begitu malam!”

Kemudian ia tersadar dan bangun dari tidurnya dalam kondisi gemetaran takut. Aku pun memeluknya ke dadaku, hingga tenang dan reda.

Dia mulai bertahlil, takbir, dan memuji Allah

Aku bertanya, “Ada apa denganmu? Aku melihat dan mendengar suatu menakjubkan dari dirimu. Ceritakanlah mimpimu!”

Dia berkata, “Maaf, aku tak bisa menceritakannya!”

Aku pun mengingatkan hak seorang kawan, dan kukatakan, “Bisa jadi Allah memberiku manfaat dari apa yang kamu ceritakan!”

Ia pun menceritakan mimpinya. Dia bercerita, “Ada dua orang mendatangiku, aku belum pernah melihat paras yang lebih sempurna dan tampan dari itu. Keduanya berkata, “Bahagialah wahai Said, dosamu telah diampuni, usahamu telah diberi pahala, amalmu telah diterima, dan doamu telah dikabulkan, dan disegerakan kabar gembira di masa hidupmu, maka pergilah bersama kami hingga engkau lihat nikmat yang telah Allah siapkan untukmu”

Aku menemui banyak bidadari, istana, pelayan (PR), pelayan (LK), sungai-sungai, pepohonan. Lalu mereka memasukkanku ke istanaku, kemudian ke sebuah rumah di dalamnya, hingga akhirnya sampai ke dipan, di atasnya ada seorang bidadari, ia bagaikan mutiara tersimpan.

Bidadari berkata kepadaku, “Kami telah lama menantimu”

Aku bertanya kepadanya, “Di mana aku?”

Dia menjawab, “Engkau di surga Ma’wa”

Dia menjawab, “Engkau di surga Ma’wa”

Aku bertanya, “Dan siapa engkau?”

Dia menjawab, “Aku istrimu yang kekal”

Aku pun bentangkan tangan kepadanya, namun ia menolak dengan halus seraya berkata, “Untuk hari ini tidak, karena kamu akan kembali ke dunia”

Aku menjawab, “Aku tidak ingin kembali”

Aku menjawab, “Aku tidak ingin kembali”

Dia menjawab, “Demikianlah seharusnya, dan engkau akan tetap di sana selama tiga hari, kemudian berbuka bersama kami Insya Allah.”

Aku berkata, “Kalau begitu malam”

Dia menjawab, “Itu adalah perkara yang telah Allah putuskan”

Dia pun berdiri dari tempat duduknya, dan aku lompat karena berdirinya, tiba-tiba aku terbangun

Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu jangan ceritakan hal ini, tutupilah selama aku masih hidup

Aku katakan, “Bahagialah, Allah telah memperlihatkan pahala amalmu”

Ia pun berdiri, bersuci, mandi, dan mengenakan wewangian. Ia langsung menambil senjatanya dan hadir di kancah perang dalam kondisi puasa. Ia terus berperang hingga malam tiba.

Tatkala kawan-kawannya pulang dan ia ada di antara mereka. Mereka bercerita, “Wahai Abu Walid, kami melihat suatu yang menakjubkan dari pemuda ini. Ia begitu semangat untuk syahid, dan ia memposisikan dirinya di bawah panah dan tombak, namun semuanya meleset.”

Aku katakan dalam batin, “Seandainya kalian mengetahui kisahnya, tentulah kalian akan sedikit tertawa, dan banyak menangis!”

Kemudian ia berbuka dengan sedikit makanan, dan ia melewati malam dengan shalat.

Tatkala pagi tiba, ia perbuat seperti halnya kemarin. Di akhir siang ia dan kawan-kawannya kembali, dan ia menceritakan tentangnya seperti cerita kemarin.

Hingga tibalah hari ketiga, aku berangkat bersamanya, dan kukatakan, “Aku harus menyaksikannya dan melihat apa yang terjadi”

Ia senantiasa berperang, mengacaukan musuh, membuat mereka payah, dan melakukan hal-hal yang menakjubkan. Ia mencari perang dan mati, aku melihat dan menyaksikannya dengan mataku, namun aku tidak bisa mendekatinya.

Hingga tatkala matahari mulai terbenam, ia semakin giat, tiba-tiba ada seorang dari atas benteng telah mengincarnya dengan panah. Maka panah itu tepat mengenai dada atasnya, ia pun tumbang, dan aku melihatnya.

Aku pun berteriak memanggil orang-orang. Lalu mereka menggotongnya, dan ia berada di detik-detik akhir hayat

Mereka datang menggotongnya, tatkala melihatnya aku berkata, “Selamat bagimu dengan bukamu malam ini”

Aku berkata, “Selamat bagimu dengan bukamu malam ini. Aduhai sekiranya aku bersamamu, tentulah aku sangat beruntung.”

Lalu ia gigit bibir bawahnya, dan memberiku isyarat dengan kedipan dalam keadaan tertawa

Dia berkata, “Simpanlah rahasiaku”

Dia berkata, “Simpanlah rahasiaku, dan tempat pertemuan kita adalah surga”

Kemudian berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah membenarkan janjinya!”

(Qaafilah Ad-Da’iyat, 105/12)

 

Redaksi Sahabat Yamima

 

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY