Ya’qub bin Sufyan menuturkan, “Aku pernah berpetualang untuk mencari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (meriwayatkan dan menulisnya). Aku pun memasuki berbagai kota dan negeri. Di suatu kota aku bertemu dengan seorang Syaikh dan aku tinggal di kota tersebut untuk menimba ilmu darinya. Ketika itu uangku semakin menipis dan aku semakin jauh dari tanah kelahiranku. Pada malam harinya aku menulis dan membacanya pada siang hari.
Suatu malam ketika aku sedang menulis tiba-tiba ada air yang jatuh ke mataku, setelah itu aku tidak bisa melihat lampu dan rumah. Aku pun menangis karena setelah itu aku akan kehilangan ilmu. Tangisanku semakin menjadi hingga aku kelelahan dan tertidur. Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau memanggilku seraya berkata, ‘Wahai Ya’qub bin Sufyan, mengapa kamu menangis?’
Aku pun menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku buta dan aku menangis karena tidak bisa lagi menulis sunnahmu, juga karena aku akan jauh dari tanah kelahiranku.’
Maka Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Mendekatlah kemari.’
Aku pun mendekati beliau, lalu beliau megusap mataku dan seakan-akan membacakan sesuatu pada mataku. Kemudian aku pun terbangun dan tiba-tiba bisa melihat kembali. Maka langsung saja kugapai buku, lalu duduk di bawah lampu dan kembali menulis.”[1]
[1] Lihat: Tahdzibut Tahdzib (11/386-387)