Ulama Produktif: Imam Ibnu Jarir

2457
0
BERBAGI

 

Al-Qadhi Abu Bakar Ahmad bin Kamil asy-Syajari, salah seorang murid Ibnu Jarir berkata,

“Apabila telah selesai makan siang Ibnu Jarir ath-Thabari tidur sebentar dengan pakaian lengan pendek. Setelah bangun beliau melaksanakan shalat dhuhur, lalu menulis kitabnya hingga waktu Ashar tiba. Kemudian keluar untuk melaksanakan shalat Ashar. Selanjutnya, beliau duduk mengajar di majelis sampai datang waktu Maghrib. Setelah itu mengajar fikih serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk waktu Isya, barulah beliau pulang ke rumah. Beliau pandai membagi waktu siang dan malamnya untuk kemaslahatan diri sendiri, agama, dan sesama.”

Al-Khathib al-Baghdadi berkata, “Aku mendengar as-Samsami menuturkan bahwa Ibnu Jarir selama empat puluh tahun mampu menulis dalam setiap harinya sebanyak empat puluh lembar.”

Sementara itu muridnya yang lain, yakni al-Farghani, menceritakan dalam kitabnya yang terkenal dengan nama ash-Shilah, sebuah pengantar kitab yang menyambung Tarikh karya Ibnu Jarir, bahwa ada sekelompok murid Ibnu Jarir yang berusaha menghitung seberapa banyak karya yang dihasilkannya setiap hari.

Sepanjang hidupnya beliau sibuk dengan tulis-menulis dimulai semenjak usia baligh sampai wafat yakni usia 86 tahun. Kemudian mereka menghitung jumlah lembaran-lembaran itu. Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pada setiap harinya beliau menulis kurang lebih 14 lembar. Jelas ini merupakan sebuah prestasi yang tidak mungkin diraih seorang manusia pun pada waktu itu kecuali berkat inayah (pertolongan) Allah semata.

Maka jika kita kalikan jumlah hari beliau menulis selama 72 tahun, sedang setiap hari beliau menulis 14 lembar, maka jumlah karya Ibnu Jarir adalah 300.058 lembar. (Qimatuz Zaman ‘Indal Ulama, hal. 43-44)

Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari pernah berkata kepada para sahabatnya, “Maukah kalian sungguh-sungguh menulis tarikh dari semenjak Nabi Adam hingga masa kita ini?” Mereka pun bertanya, “Berapa ukurannya?” Dijawabnya, “30.000 lembar.” Mereka berkata, “Umurmu akan habis terlebih dahulu sebelum menyelesaikannya.” Maka dia-pun berkata, “Innaa lillaah, maatatil himam (telah mati semangat itu).” Lalu ia meringkasnya hingga berkisar 3000 lembar. Ia pun menginginkan hal yang sama dalam bidang tafsir, tapi kemudian meringkasnya seperti tarikh.” (Siyar A’lam an Nubala’ 11/169)

Redaksi Sahabat Yamima

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY