Demi Kesehatan Diri dan Orang Lain

790
0
BERBAGI

Oleh | redaktur sahabat YAMIMA

Suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab hendak berkunjung ke wilayah Syam –kini Suriah- yang baru saja jatuh ke tangan umat Islam. Namun ketika sang khalifah dan rombongan tiba di daerah Syargh, ada kabar kalau masyarakat Syam tengah menderita penyakit kolera. Mendengar informasi tersebut, Khalifah Umar bin Khattab tidak langsung melanjutkan perjanalannya ke Syam. Begitu juga tidak langsung membatalkannya.

Segera setelah mendapat masukan dari para sesepuh Quraisy, Khalifah Umar mengumumkan untuk membatalkan agenda kunjungannya ke Syam. Ia dan rombongannya akan kembali ke Madinah. Keputusan Khalifah Umar tersebut tidak serta merta diterima begitu saja. Ada seorang yang mempertanyakan keputusannya itu. Dia lah Abu Ubaidah bin Jarrah, seorang panglima kaum Muslim saat itu.

“Apakah engkau melarikan diri dari ketentuan Allah?” tanya Abu Ubaidah bin Jarrah kepada Khalifah Umar. Khalifah Umar menjawab, memang dirinya dan rombongannya melarikan diri dari ketentuan Allah namun untuk menuju ketentuan-Nya yang lain. Khalifah Umar lantas memberikan ibarat tentang ketentuan Allah kepada Abu Ubaidah bin Jarrah; seandainya engkau memiliki sejumlah unta. Kemudian ada dua tempat untuk menggembala unta. Yang satu hijau penuh tumbuh-tumbuhan dan yang satunya kering kerontang.

“Jika engkau menggembalakan unta-untamu di tempat yang hijau, menurutmu bukankah itu karena ketentuan Allah? Demikian halnya jika engkau menggembalakannya di tempat yang kering kerontang,” tanya balik Khalifah Umar. Mendengar penjelasan Khalifah Umar, Abu Ubaidah bin Jarrah akhirnya memahami dan membetulkan keputusan Umar untuk kembali ke Madinah.

Khalifah Umar semakin mantap untuk kembali ke Madinah setelah menerima informasi dari Abdurrahman bin Auf bahwa suatu ketika Rasulullah melarang seseorang untuk memasuki suatu wilayah yang kena wabah penyakit. 
Begitu pun masyarakat yang tengah terjangkit wabah di suatu wilayah juga dilarang keluar dari wilayahnya tersebut. Tidak lain itu adalah cara untuk ‘mengisolasi’ wabah penyakit agar tidak merembet ke tempat lain.

Kita mungkin sedikit memaklumi jumlah korban yang massif saat itu. Pada masa itu (abad ke-7), belum ada penemuan mutakhir dalam ilmu kedokteran. Di abad ke-7, ilmu kedokteran belum maju seperti abad ke-20 dan ke-21. 
Vaksin untuk penyakit menular seperti cacar belum ditemukan oleh dunia kedokteran.
Akan tetapi di masa itu Rasulullah telah memberikan suatu solusi, memang tidak bisa mencegah seluruh, tapi setidaknya dapat meminimalisir jatuhnya korban lebih banyak.
Dikhawatirkan orang yang memasuki suatu daerah yang tersebar wabah nantinya akan ikut terjangkit. 
Dan orang yang sudah terlanjur berada di daerah tersebut dilarang keluar menuju daerah lain karena dikhawatirkan ia akan membawa wabah tersebut keluar sehingga memakan korban lebih banyak lagi.

Sahabat, 
begitulah akhlak sahabat dalam mengambil keputusan yang segala sesuatunya di sandarkan kepada ketentuan Allah. Terlebih dengan masalah penyakit yang akan membahayakan dirinya dan orang lain. Maka, menghindari suatu hal yang membahayakan adalah keharusan bagi seorang mukmin. 
Namun, di Indonesia kini mudahnya penyakit datang kepada masyarakat di karenakan berbagai masalah, salah satu di antaranya adalah masalah pangan yang mungkin nutrisinya kurang mencukupi.
Itulah mengapa kita harus terus membantu masyarakat luas demi kesehatan yang layak di rasakan mereka.
*_________________________________________________________________*

Yuk bantu saudara-saudara kita untuk sehat kembali dengan ikut berpartisipasi dalam Program Pengobatan Gratis
Info : 0852 1861 6689 (Bpk. Rizal) 
Atau bisa kunjungi kami di
Sahabatyamima.id
IG : @sahabatyamima
FanPage : Sahabat Yamima
Youtube : Sahabat Yamima Channel

TIDAK ADA KOMENTAR

LEAVE A REPLY