Oleh | Redakur Sahabat Yamima
Beberapa pekan yang lalu, tepatnya hari jum’at disaat yang berkah, saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu anak yatim asuhan dari Sahabat Yamima. Dari awal berangkat, rasa penasaran dan semangat sudah bercampur menjadi satu. Penasaran tentang apa yang saya akan dapati nanti dan semangat karena saya memang senang sekali untuk bertemu dengan anak kecil.
Bersama dengan rekan saya, kami berdua menaiki motor dengan membawa beberapa keperluan pangan seperti telur, beras, dan sedikit jajanan yang di harapkan akan membuat anak yatim yang kami kunjungi itu kelak mengembang senyumnya.
Mulailah motor bergerak dan memasuki sebuah perumahan yang terlihat bagus-bagus rumahnya. “Loh? Apa iya rumah keluarga yatim itu ada di perumahan seperti ini?”. Tapi, tidak berhenti sampai disitu, saya bersama rekan saya ini terus melaju melewati gang satu dengan gang lainnya lalu berbelok beberapa kali. Tapi masih saja banyak bangunan yang bagus. Rasanya agak sulit saya menebak rumah yang sedang kami tuju tersebut.
Lagi-lagi saya melihat bangunan dengan dinding yang lebar ke belakang, di sebelah bangunan itu ada lorong yang ukurannya hanya bisa untuk dua orang pejalan kaki saja. Kami masuk ke lorong itu dengan agak kesulitan karena bawaan untuk keluarga Riski, anak yatim berumur 5 tahun yang kami ingin kunjungi ini lumayan memakan tempat duduk kami di motor. “Oh mungkin di ujung lorong rumahnya riski ini” kata saya dalam hati.
“Nah, disini” rekan saya mematikan mesin motornya, lalu berhenti di tengah lorong itu, lorong yang saya kira akan kami lewati. Ternyata tidak.
Diantara dinding bangunan yang lebar itu terselip pintu kecil menjurus ke dalam. Agak gelap dan sangat kecil untuk masuk ke dalam. “Ini rumahnya?” kata saya memastikan lagi lalu di iyakan oleh rekan saya itu. Kalau tidak terlalu diperhatikan, mungkin orang yang berlalu lalang tidak akan sadar kalau ada rumah yang menyelip disana. Pintunya tertutup seperti tidak ada penghuni. Kami diberitahu bahwa Riski belum pulang sekolah, akhirnya kami memutuskan untuk kembali lagi saat Riski pulang nanti.
Setelah menunggu dan kami kembali lagi kerumah itu, sampai pada akhirnya saya bertemu dengan Riski beserta ibu dan adiknya. Kami di persilahkan masuk, keadaan rumah itu sangatlah sederhana dengan perabotan seadanya dan ukuran yang tak bisa dibilang luas. Kami duduk berbincang disana, Riski yang masih memakai seragam sekolah itu duduk mendekat ke ibunya, dipegangnya beberapa snack yang kami berikan saat itu. Barulah masuk ke dalam rumah itu, hati saya sudah tertampar rasanya, menyadari betapa selama ini kurang bersyukur dengan keadaan saya sendiri. Sedang mereka tak memperlihatkan wajah susah, bahkan adiknya Riski sedang asik belajar sendiri disana.
“Riski, cita-citanya mau jadi apa?” pertanyaan ini di jawabnya dengan agak malu-malu, “Pemadam” kata bocah lelaki yang kecil badannya itu. Deg, haru saya mendengarnya. Mungkin maksudnya adalah pemadam kebakaran, anak yang hidup di tengah kondisi yang sulit seperti itu masih mempunyai cita-cita tinggi. Ibunya juga mengatakan bahwa Riski ini selalu minta diajarkan saat ada PR dari sekolahnya, anak ini tau bagaimana cara untuk membahagiakan orang tua tunggalnya itu. Riski mengangguk saat diminta untuk jadi anak yang pintar demi mencapai cita-citanya. Sungguh pemandangan yang amat menyentuh bagi saya.
Sahabat, begitu banyak anak-anak yang mengubur cita-citanya sebab tahu bahwa keluarga dan lingkungannya tak memungkinkan untuk dirinya meraih apa yang ia cita-citakan. Namun Riski berani untuk mengutarakan impiannya tersebut walau di keadaan yang serba sulit seperti ini. Bukankah indah rasanya jika kita bisa menjadi bagian untuk mewujudkan mimpi Riski itu? Tentu banyak sekali riski-riski lainnya yang belum tersentuh oleh kami. Namun, kami berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi tali penghubung bagi sahabat yang ingin berkontribusi untuk mereka adik-adik yatim kita. Cita-citanya tak boleh redup, walau harapan itu berada di antara dinding lorong sempit yang tak terjangkau oleh media.
Barokallahufiikum
=================
Yuk menjadi orang tua asuh untuk 64 mahasiswa yang sedang menimba ilmu di timur tengah hanya 20-50/hr
Info | 0852 1861 6689
Simak kami di
✒ sahabatyamima.id
IG | @sahabat yamima
Panfage | sahabat yamima
Youtube | sahabat yamima channel