Oleh | Redaktur sahabat yamima
Masjid Al-Husein merupakan salah satu masjid yang paling populer di Mesir bahkan sampai ke tanah Nusantara, ribuan jemaah datang setiap harinya untuk berziarah kepada cucu Rasulullah SAW dan juga mendengarkan kajian-kajian ilmiah yang digelar oleh instansi Al-Azhar didalamnya.
Masjid ini cukup luas dan bisa menampung sekitar 1500 jamaah untuk shalat jumat dan shalat ‘ied.
Pada awal pembangunan nya masjid ini cukup kontroversial karena dibangun di tanah perkuburan para raja Dinasti Fathimiyah.
Tak hanya itu, statusnya yang memasukkan kuburan ke dalam masjid membuat sebagian ulama ahlussunnah berpendapat tentang haram nya shalat di masjid yang sudah berdiri sejak abad ke 12 ini.
Tak berpanjang kalam atas penghukuman dari segi fikih karena permasalahan panjang ini sudah selesai dibahas oleh pakarnya.
Berawal dari sebuah pemakamam yang cukup luas, terletak di Hay Daylami (komplek masjid al Husein sekarang) berjajar nisan para raja yang telah beristirahat setelah penat mengemban tugas negara.
Mulai dari khalifah pertama Dinasti Fathimiyah Al Mahdi yang meninggal di Tunisia tak luput dari pemindahan jenazahnya agar di kebumikan di pemakaman sakral bernama Turbatu za’faran.
Setelah Dinasti Fathimiyah berhasil menaklukkan Mesir pada tahun 969 M dan mulai membangun kota pemerintahan bernama Kairo, tak lupa menyisihkan sebagian tanah untuk dijadikan sebagai pemakaman para raja dan memboyong semua jasad raja menuju pemakaman Turbatu za’faran.
Asal muasal nama ini adalah karena banyaknya tanaman za’faran (safron) yaitu sejenis rempah- rempah merah yang sangat harum tumbuh di tanah ini. Jenis rempah ini (za’faran) sangat lah mahal, hingga masyarakat Arab menjulukinya sebagai الذهب الأحمر (Emas Merah).
Pada masa kekhakifahan Al-Dzafir, khalifah yang ke 12 untuk dinasti fathimiyah, terjadi kerusuhan dan dugaan pemberontakan dari daerah ‘Asqolan, sehingga sang khalifah pun memerintahkan untuk memindahkan kepala jenazah Sayyidina Husein dari‘ Asqolan menuju Kairo.
Tahun 1153 M, kepala jenazah Sayyidina Husein sampai di Kairo setelah perjalanan panjang menggunakan perahu dan berbagai peristiwa yang panjang.
Mulanya jenazah kepala Imam Husein di letakkan di Masjid Salih Talai’ tepat di sisi luar pintu gerbang kota kairo Bab Zuweyla, setelah melalui pertimbangan dan melihat keamanan maka dipindahkan kembali dan makamkan di pemakaman Turbatu za’faran dengan zarih (nisan) yang terbuat dari perak.
Tepat pada 1154 M, di bangunlah masjid Sayyidina Husein di area pemakaman dengan memasukkan makam Sayyidina Husein ke dalam Masjid dengan posisi di depan tempat imam, dan jadilah apa yang sekarang kita saksikan, terlepas dari beberapa pemugaran masjid di setiap dinasti yang datang setelah Fathimiyah.
Konon, ketika zaman Turki Utsmani berkuasa di Mesir, mereka memindahkan kembali kepala jenazah Sayyidina Husein ke tempat asalnya di Asqolan. Terjadi khilaf yang sangat kuat diantara ulama akan Hal ini, namun Al Maqrizy (salah satu ulama sejarah Mesir) menguatkan bahwa kepala jenazah Sayyidina Husein masih berada pada tempatnya dan tidak dipindahkan.
Masjid ini tak jauh dari landmark utama kota Kairo yaitu Masjid Al-Azhar, hanya beberapa puluh meter berseberangan.
Berbagai perayaan banyak diselenggarakan di masjid ini mulai dari beragam acara Maulid dan Haul hingga perkumpulan para Tarekat Sufiyah yang menyelenggarakan pawai tahunan di bulan rabiul awal.
Sekali lagi Tulisan ini hanya tinjauan sejarah bukan dari segi hukum perayaannya.
Barokallahufiikum
===♡♡=====♡♡====
Yuk menjadi orang tua asuh (orang tua para ulama) hanya 20-50rb/hr untuk 100 calon ulama yang sedang menuntut ilmu di timur tengah.
Info | 0852 1861 6689
Rizal
Atau simak kami di
✒ sahabatyamima.id
FanPage | sahabat yamima
IG | @sahabat yamima
Youtube | sahabat yamima channel