Oleh : Dhiyaul Haq
(Kader Yamima – Mahasiswa Al Azhar Kairo)
Mungkin banyak diantara kita yang jika ditanya apa itu Islam, jawabnya adalah; syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Kita juga sudah tidak asing dengan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:
(ﺑﻨﻲ اﻹﺳﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺧﻤﺲ، ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ، ﻭﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ، ﻭﺇﻗﺎﻡ اﻟﺼﻼﺓ، ﻭﺇﻳﺘﺎء اﻟﺰﻛﺎﺓ، ﻭﺣﺞ اﻟﺒﻴﺖ، ﻭﺻﻮﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ) رواه مسلم . (
Islam itu dibangun di atas lima hal; Syahadat bahwa tiada ilah kecuali Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, pergi berhaji, dan puasa Ramadhan) (H.R.Muslim)
Sekarang coba kita perhatikan kalimat hadits nya ‘dibangun’. Apa yg dibangun? : Islam. Berarti dalam hadist ini Rasulullah membuat permisalan agama Islam ini seperti sebuah bangunan, rumah misalnya. Kemudian sabda beliau ‘di atas 5 hal’ yg lima hal ini kita kenal sebagai rukun Islam yang lima. Penggunaan kata ‘di atas’ memberikan kesan kepada kita bahwa lima rukun tersebut berada di bawah (rumah) Islam. Sebagaimana kita membayangkan sebuah rumah, apa yang ada di bawah rumah tersebut? Jawaban nya: tanah atau bisa juga pondasi.
Nah, seseorang ketika ditanya Anda punya rumah? Maka tidak mungkin dia hanya memperlihatkan tanah kosong dengan berkata, “ini rumah saya”. Demikian halnya berkaitan dengan keislaman seseorang, mengapa seringkali orang Islam sekarang mengaku punya (rumah) Islam, dengan berdalih sudah mengerjakan rukun Islam (baru punya tanahnya, atau baru dipasangi 4 sampai 5 pondasi rumahnya)?.
Seorang mujaddid abad-19 asal Mesir, Muhammad Abduh pernah menyampaikan kalimat yang sangat masyhur setelah mengunjungi negara Perancis, “Aku melihat Islam di tempat yang tidak ada Muslimnya, sedangkan aku melihat banyak orang Muslim (di Mesir) tapi tak kutemukan Islam di antara mereka”. Saat itu kondisi Mesir kumuh, cara bicara orangnya kasar, tidak memiliki sopan santun, sedangkan di Perancis tempat-tempatnya bersih, penduduknya juga santun. Makanya beliau berkata begitu, dengan nada heran. Padahal yang mengajarkan kebersihan itu Islam, bukan negara barat, juga yang mengajarkan tutur kata yang baik itu Islam.
Kalau begitu islam itu apa kalau bukan sekedar sholat, zakat, puasa? Ketahuilah bangunan Islam itu terdiri dari banyak aspek. Pertama mari kita perhatikan beberapa hadits Rasulullah yang kita kenal, seperti (الدين النصيحة) (Agama ini adalah nasihat), (من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه) ( Di antara sempurnanya keislaman seseorang ialah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat), (لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه) (Tidaklah seseorang itu menjadi mukmin -yang sempurna- hingga ia senang saudara memiliki hal yang ia senangi), (المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده) (Seorang muslim itu yang orang mulim lainnya aman dari -keburukan- lisan dan tangannya), (من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم جاره) (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia menghormati tetangganya) (ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه) (dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia menghormati tamunya), (والحياء شعبة من الإيمان) (dan rasa malu itu bagian dari Iman).
Maka dari itu benarlah seorang Muhammad Abduh melonctarkan ungkapan yang kita sebut sebelumnya, karena kalau mu’min yang tidak punya rasa malu, (rumah) keimanannya belum utuh. Seorang muslim yang menganggu tetangganya, maka keislamannya masih dipertanyakan. Seorang mulim yang masih sibuk dengan hal-hal yang sia-sia, berarti rumah keislamannya belum sempurna. Maka ketika kita berusaha memenuhi standar keislaman kita, disitulah satu demi satu fasilitas rumah kita semakin lengkap, dindingnya semakin kokoh, atapnya semakin rapat, penampakannya semakin indah, dan seterusnya. Karena kita tahu Islam ini adalah agama yang menyeluruhi segala aspek kehiduapn.
Sementara itu bukti bahwa Islam adalah agama yang universal (menyeluruh) ialah diturunkannya Al-Qur’an sebagai penjelas untuk segala hal, Allah Subhanahu wa taala berfirman dalam surat an-Nahl:89, {وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ تِبْيَٰنًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ} […dan Kami telah turunkan kepadamu-Muhammad- kitab Al-Qur’an sebagai penjelas segala hal, petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang muslim]. Iman Syafi’i rahimahullah berkata mengenai ayat ini, “Tidaklah seorang penyembah Allah mendapati suatu kejadian, kecuali sudah ada petunjuknya dalam kitab Allah”.
Dalam kitab diktat kuliah Al-Azhar berjudul Madkhal Li Dirasatin Nudhumil Islamiyah karangan DR. Atiyah Sayyid dan DR. Asyraf Abul Afrah, setelah menjelaskan bahwa Islam memberikan tuntutan kepada kehidupan personal tiap muslim, beliau berdua menjelaskan Islam juga menata aspek kehidupan bermasyarakat; ‘Sebagaimana tuntunan Islam terhadap personal mencangkup kehidupan pribadinya, demikian halnya ia mencangkup kehidupan sosialnya dalam seluruh aspek, dalam hal bergaul, ekonomi, politik, hukum, dan perang.’
Sementara itu di awal abad 20, Imam Hasan Al-Banna, pendiri jama’ah Ikhwanul Muslimun di Mesir memaknai Islam dengan jelas ;
الإسلام نظام شامل يتناول مظاهر الحياة جميعا فهو دولة ووطن أو حكومة وأمة، وهو خلق وقوة أو رحمة وعدالة، وهو ثقافة وقانون أو علم وقضاء، وهو مادة وثروة أو كسب وغنى، وهو جهاد ودعوة أو جيش وفكرة، كما هو عقيدة صادقة وعبادة صحيحة سواء بسواء.
(Islam itu tuntunan yang universal-menyeluruh-, mencangkup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah bangsa dan negara juga pemerintah dan masyarakat, ia adalah akhlaq dan kekuatan juga rahmat dan keadilan, ia adalah ilmu dan undang-undang juga ilmu dan hukuman, ia adalah materi dan budaya juga profesi dan kekayaan, ia adalah perjuangan dan dakwah juga tentara dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang jelas dan ibadah yang benar semuanya setara saling melengkapi).
.
Dari sini kita memahami bahwa seorang da’i dan Ustadz tidak selayaknya antipati terhadap politik ataupun bisnis. Juga seorang tentara muslim pun tidak boleh meninggalkan ilmu agama. Sebagaimana seorang santri yang menjunjung tinggi akhlaq karimah kurang lengkap jika tidak memiliki jasad yang kuat, dan sebagainya.
Maka ketika umat Islam bisa mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam yang menyeluruh, akan tampaklah (rumah) Islam ini megah dan besar, di sana lah kita bisa bangga dan bersyukur bisa ‘tinggal’ di dalamnya, tidak merasa minder dengan agama lain karena agama kitalah yang berjaya. Wallahu a’lam bis sowab.
*_______________________________________________________________________*
Yuk bantu saudara-saudara kita untuk menjadi penerus peradaban Islam dengan ikut berpartisipasi dalam Program Kaderisasi Ulama yang sedang belajar di Mesir, Sudan dan negara Islam lainnya.
Info : 0852 1861 6689 (Bpk. Rizal)
Atau bisa kunjungi kami di
Sahabatyamima.id
IG : @sahabatyamima
FanPage : Sahabat Yamima
Youtube : Sahabat Yamima Channel