Setelah anda mengetahui kedaan orang beriman dan orang kafir ketika menyambut malam pertamanya mungkin anda akan berkata dalam hati “saya adalah orang beriman sehingga gak ada yang perlu dikhawatirkan”. Benar anda sekarang berada diatas keimanan, namun masalahnya apakah anda ketika meninggal dunia masih dalam keadaan beriman? Bukankah banyak orang yang diakhir hayatnya keluar dari agama Islam? Apakah anda lupa bahwa disana ada musuh yang selalu mengintai untuk menjerusmuskan anda ke dalam jurang kebinasaan? Iya! dialah Iblis laknatullah alaih dan bala tentaranya. Al-Qur’an telah mengkisahkan konflik yang terjadi antara Iblis dengan Adam ‘alaihi salam yang kemudian Allah ﷻ melaknat Iblis karena dia bersikap sombong dan angkuh terhadap perintah Allah ﷻ. Lalu Iblis meminta kepada Allah ﷻ agar ditangguhkan sampai hari kiamat dan dia bersumpah di hadapan Allah ﷻ akan berusaha untuk menyesatkan semua manusia yang mereka adalah anak keturunan Nabi Adam ‘alaihi salam.
رَبِّ بِمَآ أَغْوَیْتَنِى لَأُزَیِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِیَنَّهُمْ أَجْمَعِینَ
Artinya: “Ya Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, pasti aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Q.S Al-Hijr:39).
Oleh karenanya Iblis dan bala tentaranya akan senantiasa mencari mangsa dari kalangan bani adam, kapanpun dan dimanapun. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الشَّیْطَانَ یَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ شَأْنِهِ [1]
Artinya: “Sesungguhnya setan itu menghadiri salah satu diantara kalian pada setiap urusanya.” (HR. Muslim).
Iya, mereka akan senantiasa mencari celah untuk bisa mewejudkan cita-citanya. Dan kesempatan emas untuk menyesatkan manusia adalah di saat ajal menghampirinya, oleh karenanya mereka tidak akan membiarkan manusia pada kesempatan ini. Di riwayatkan dalam sebuah hadits yang konteksnya berbunyi:
أَنَّ الشَّیْطَانَ أَشَدُّ مَا یَكُونُ عَلَى ابْنِ آدَمَ حِینَ الْمَوْتِ یَقُولُ لِأَعْوَانِهِ: دُونَكُمْ هَذَا فَإِنَّهُ إنْ فَاتَكُمْ لَنْ تَظْفَرُوا بِهِ أَبَدًا.[2]
Artinya: “Sesungguhnya setan akan lebih perhatian (untuk menyesatkan) manusia ketika menjelang kematian. Dia berkata kepada teman-temannya “Kumpulah disini, karena sesungguhnya jika kalian kehilangan kesempatan ini maka kalian tidak akan mendapatkan (menyesatkan) dia selamanya.”
Para ulama berpendapat bahwa setan akan mendatangi manusia pada saat sakaratul maut dan menjelma menjadi orang yang dicintai, baik bapaknya ibunya atau orang lain. Dan dia berlagak seperti orang yang memberikan nasehat sekiranya dia mengajak kepada ajaran-ajaran yang bertentangan dengan agama Islam seperti Yahudi, Nasrani, Ateis atau keyakinan yang lainnya. Pada saat itulah Allah ﷻ menyesatkan sebagian hamba-Nya yang sudah ditakdirkan menjadi orang yang celaka. Itulah makna yang terkandung dalam doa dalam Al-Qur’an, yaitu:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَیْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; karena sesungguhnya Engkau-lah dzat yang Maha Pemberi (karunia)” (Q.S Al-Imran:8).
Di dalam beberapa kitabnya para ulama disebutkan bahwa anaknya Imam Ahmad bin Hambal yang bernama Abdullah pernah mengkisahkan tentang kematian bapaknya, dia berkata: “Aku menghadiri proses kematian bapaku (Ahmad) dan aku memegang sepotong kain untuk menguatkan kedua dagunya, dan dia pingsan kemudian sadar lagi kemudian dia menggerakkan tangannya seraya berkata: “Tidak, belum sama sekali!! tidak, belum sama sekali!!” Dan dia melakukan hal ini berulang kali, lalu akupun bertanya kepadanya: “Wahai Ayah apa yang kamu lihat? Beliau menjawab: “Sesungguhnya setan berdiri di hadapanku sambil menggigit jarinya seraya berkata: Wahai Ahmad aku sudah kehilanganmu (sudah tidak bisa menyesatkanmu). Dan akupun menjawab: Tidak, belum sama sekali!! Tidak, belum sama sekali!!.” Abdullah menuturkan bahwa keadaan ayahnya rahimahullah seperti itu sampai meninggal dunia[3]. Maksud kisah tersebut adalah setan mengaku dirinya sudah kalah dan tidak bisa menyesatkan Imam Ahmad dengan tujuan agar Imam Ahmad tertimpa sifat ujub (berbangga diri) dan sombong sehingga akan mendapatkan kemurkaan dari Allahﷻ, namun Imam Ahmad sangat faham akan hal ini oleh karenanya beliau menjawab “Tidak sama sekali!”. Imam Qurthubi juga pernah menyebutan kisah dari gurunya yaitu Imam Abu Abbas Ahmad bin Umar Al-Qhurtubi, beliau bercerita: “Aku pernah menghadiri saudaranya sheikh kami yang bernama Abu Jakfar Ahmad bin Muhammad Al-Qurthubi di Qurthubah (Cordova) yang sedang mengalami sakaratul maut. Dikatakan kepadanya “Ucapkan kalimat Laa Ilaha Illa Allah, lalu beliau menjawab “tidak!! tidak!!”. Setelah terbangun kamipun memeberi tahu kepadanya tentang apa yang dia katakan. Lalu beliau berkata: “Ada dua setan yang mendatangiku, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiriku. Salah satunya berkata “Matilah dalam keadaan Yahudi, karena sesungguhnya dia adalah sebaik-baik agama.” Yang lainnya berkata “Matilah dalam keadaan Nasrani, karena sesungguhnya dia adalah sebaik-baik agama. Akupun berkata kepada mereka berdua: Tidak!!! Tidak !!!.”[4]
Begitulah Iblis laknatullah ‘alaih akan selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dengan menggerakan seluruh anggotanya. Oleh karenanya Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memohon kepada Allah ﷻ agar istiqamah di atas keimanan dan ketaqwaan.
عن أَنَسٍ رضى الله عنه قَالَ: ((كَانَ رَسُولُ اللهِّ ﷺ صلى الله علیه وسلم یُكْثِرُ أَنْ یَقُولَ: ((یَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّت قَلْبِي عَلَى دِینِكَ)) الترمذي.[5]
Artinya: “Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah ﷺ sering berdoa “Wahai dzat yang maha membolak-balikan hati, teguhkanlah hati kami di atas agamamu.” (HR. Tirmidzi).
Coba lihat betapa banyak orang yang di pagi hari beriman namun di sore hari menjadi kafir dan di pagi hari mendakwahkan tauhid namun di sore harinya mendakwahkan syirik, di pagi hari mengajak kepada sunnah namun di sore harinya mengajak kepada bid’ah. Hanya satu kalimat yang bisa kita ucapkan “La Haula Wala Quwata Illa Billah.”
[1] Kitab Shahih Muslim hadis ke-2033 jilid 3 halaman 1607.
[2] Majmu’ fatawa jilid 4 halaman 256.
[3] Kitab Tadzkirah halaman 186.
[4] Kitab Tadzkirah halaman 187.
[5] Kitab Sunan hadis 2140 jlid 4 halaman 448.
Baca Serial Sebelumnya: