Oleh : Mukhlis Ibnu Katsir (Kader Sahabat Yamima, Mesir)
Pada dasarnya seseorang akan mendapatkan siksaan di alam kubur berdasarkan kejahilan dia tentang Allah ﷻ, sehingga dia akan menyepelekan perintah-Nya dan tak segan untuk bermaksiat kepada-Nya.
Tidak mungkin bagi Allah ﷻ menyiksa seorang hamba yang mengenal, mencintai, melaksanakan perintah serta menjauhi larangan-Nya.
Bukankah adzab kubur sebagai bentuk kemurkaan Allah ﷻ terhadap hamba-Nya?
Barangsiapa membuat Allah ﷻ murka tatkala di dunia dan tidak bertaubat sampai meninggal dunia, maka dia berhak mendapatkan siksaan di alam kubur. Siksaan tersebut sesuai kadar kemurkaan Allah ﷻ kepadanya, semakin tinggi murka Allah ﷻ kepadanya maka semakin tinggi pula siksaan-Nya, dan begitu juga sebaliknya.
Namun disana ada beberapa sikap tertentu yang bisa mengantarkan pelakunya menuju jurang adzab kubur; seperti menyekutukan Allah ﷻ, nifaq, dusta, meninggalkan Al-Qur’an setelah mempelajarinya, lalai terhadap shalat lima waktu, adu domba, tidak menjaga kebersihan dari air kencing, konsumsi riba, zina, pecandu khamr, dan lain-lain.
Berikut perbuatan-perbuatan yang bisa menyebabkan adzab kubur beserta dalilnya:
1. Menyekutukan Allah ﷻ.
Perlu diketahui bahwa menyekutukan Allah ﷻ dengan sesuatu apapun termasuk sebab terbesar seseorang terkena adzab di alam kubur.
Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu pernah mengabarkan bahwa Rasulullah ﷺ pada suatu hari keluar dari rumah saat matahari sudah terbenam, beliau mendengarkan suara, lalu bersabda,
يَهُوْدُ يُعَذَّبُ فِيْ قُبُرِهَا
“Orang-orang Yahudi sedang diadzab di dalam kuburan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikian juga orang kafir saat menghadapi sakaratul maut akan mendapatkan siksaan, berupa kabar berita bahwa dia akan celaka, mendapatkan adzab, hukuman, belenggu, rantai, api neraka, kemurkaan dari Allah ﷻ, ruhnya dicabik-cabik, dan dipukul oleh para malaikat hingga ruhnya keluar dari tubuhnya seraya berkata kepada mereka,
أَخْرِجُوْا أَنْفُسَكمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَبَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُونَ عَلى اللّه غَيرَ الحَقّ وكُنْتُمْ عَن آيَاتِهِ تَسْتَكبِرُون
“Keluarkanlah nyawamu, di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Nya.” (QS. Al-An’am:93).
2. Nifaq.
Nifaq adalah menampakkan keislaman namun menyembunyikan kekufuran.
Melihat jati diri orang yang memiliki sifat nifaq tentunya dia lebih berbahaya bagi kaum muslimin dari pada orang kafir yang jelas memusuhi kaum muslimin; karena mereka selalu menyalakan api fitnah ditengah kaum muslimin serta menghancurkan benteng kaum muslimin atas nama Islam.
Oleh karenanya Allah ﷻ menjadikan kuburan mereka terang benderang dengan api yang menyala-nyala, hal ini karena mereka dahulu juga menyalakan api fitnah di tengah-tengah kaum muslimin, sebagaimana firman Allah ﷻ,
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الأَعْرَابِ مُنَافِقُوْنَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ مَرَدُوْا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّوْنَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيْمٍ
“Diantara orang-orang Badawi di sekililingmu itu, ada orang-orang munafik dan juga di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya, sedangkan kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. Nanti akan kami siksa mereka dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar.” (QS. At-Taubah:101).
Imam Qotadah dan Rabi’ bin Anas rahimahumallah mentafsirkan firman Allah ﷻ“Kami akan siksa mereka dua kali.” , yang pertama di dunia dan keduanya di akhirat yaitu ketika di dalam kubur.
3. Dusta.
4. Riba.
5. Zina.
6. Meninggalkan Al-Qur’an dengan sengaja.
7. Melalaikan shalat lima waktu.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub radliallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ pada suatu hari pernah bercerita, kurang lebihnya begini,
“Semalaman aku didatangi dua orang, keduanya mengajakku pergi dan berujar; ‘Ayo kita berangkat! ‘ Aku pun berangkat bersama keduanya, dan aku melihat keadaan dua orang; satu orang berbaring dan yang lain berdiri disampingnya dengan membawa batu besar, lalu ia menjatuhkan batu tersebut di kepalanya sehingga kepalanya pecah, hingga batu tadi menggelinding. Orang tadi terus mengikuti batu dan mengambilnya, namun ketika dia belum kembali kepada orang yang dijatuhi batu, kepalanya telah kembali seperti sedia kala. Lantas orang tadi kembali menemuinya dan melakukan sebagaimana semula.
Saya pun bertanya kepada dua orang yang membawaku; “Subhanallah, mengapa kedua orang ini seperti ini?” keduanya menjawab; ‘Mari kita berangkat ke tempat lain dahulu.”
Kami pun berangkat, lantas kami mendatangi seseorang yang terlentang diatas kedua tengkuknya dan ada orang lain yang berdiri di sampingnya sambil membawa pengait besi, ia memegang wajahnya bagian samping dan memotong-motong dagunya sampai ke tengkuknya, dan tenggorokannya hingga tengkuknya, dan matanya hingga tengkuknya, kemudian orang yang memotong berpindah ke sisi dagu lain dan memperlakukan orang tadi sebagaimana ia lakukan pada bagian dagu pertama. Belum ia selesai memotong-motong dagu kedua, dagu bagian samping yang pertama sudah kembali seperti semula, dan orang itupun memperlakukannya sebagaimana semula.
Maka saya bertanya; ‘Subhanallah, kenapa dua orang ini? ‘ Namun kedua orang yang membawaku hanya berujar; ‘Mari kita pindah ke tempat lain dulu! ‘ Maka kami berangkat, hingga kami mendatangi suatu tempat seperti tungku yang mengeluarkan suara gemuruh. Lantas kami melihat isinya, tak tahunya disana ada laki-laki dan wanita telanjang, mereka didatangi oleh sulut api dari bawah mereka, jika sulutan api mengenai mereka, merekapun mengerang-ngerang.
Akupun bertanya kepada dua orang yang membawaku; ‘apa sebenarnya dengan orang-orang ini? Namun kedua orang yang membawaku hanya berujar; ‘Ayo kita berpindah ke tempat lain! ‘
Maka kami terus berangkat, dan kami mendatangi sebuah sungai merah seperti darah, tak tahunya di sungai ada laki-laki yang berenang, sedang ditepi sungai ada orang yang mengumpulkan banyak bebatuan, apabila orang yang berenang tadi sampai ke tepian sungai, maka ia membuka mulutnya dan orang yang di tepi sungai tadi memasukkan batu ke mulutnya, lantas ia berenang kemudian kembali lagi, setiap kali ia kembali ke tepi, mulutnya membuka dan orang yang di tepi menyuapinya dengan batu itu.
Saya bertanya kepada dua orang yang membawaku; ‘kenapa dua orang ini? ‘ keduanya menjawab; ‘Ayo kita pindah ke tempat lain dulu! ‘ Maka kami pun berangkat.
Masih banyak kejadian yang beliau saksikan, tapi di akhir kisahnya kedua orang tadi mengatakan, “Inilah surga Aden dan di sini tempat tinggalmu.” lantas pandangan beliau menatap ke atas, tak tahunya ada sebuah istana seperti awan putih yang menyendiri. Keduanya berkata, “Inilah tempat tinggalmu!” Saya menjawab, ”Semoga Allah memberkati kalian berdua, sekarang biarkanlah aku untuk memasukinya. Keduanya menjawab, “Kalau sekarang jangan dulu, namun engkau pasti akan memasukinya.”
“Saya mengatakan, Semenjak semalaman aku telah melihat peristiwa-peristiwa aneh nan mencengangkan, tolong kabarilah aku apa arti sebenarnya yang kulihat. Keduanya berujar, “Sekarang baiklah kuberitakan kepadamu peristiwa-peristiwa itu.
Laki-laki pertama yang kepalanya dipecah dengan batu, itu adalah seseorang yang mempelajari alquran namun ia menolaknya, dan juga orang yang tidur sampai meninggalkan shalat wajib.
Adapun orang yang kamu datangi membelah dagu kawannya hingga tengkuknya, tenggorokannya hingga dagunya, dan matanya hingga tengkuknya, itu adalah seseorang yang selalu berdusta, dan kedustaannya menembus cakrawala.
Adapun laki-laki dan wanita yang telanjang dalam bangunan seperti tungku, mereka adalah laki-laki dan wanita pezina.
Adapun laki-laki yang berenang dalam sungai dan disuapi batu besar, mereka adalah pemakan riba. (HR. Bukhari)
Mengapa orang yang meninggalkan Al-Qur’an kepalanya dihancurkan?
Ibnu Hajar rahimahullah pernah menukilkan perkataan Abu Huraira yang berbunyi, “Meninggalkan Al-Qur’an setelah menghafalnya merupakan tindakan kriminalitas yang sangat besar; karena dia menyangka bahwa ada perkara lain yang harus membuatnya meninggalkan Al-Qur’an, ketika dia meninggalkan suatu hal yang paling mulia yaitu Al-Qur’an maka dia pun mendapatkan siksaan terhadap anggota badannya yang paling mulia yaitu kepala.”
Beliau juga berkata, bahwa adzab tersebut kemungkinan dikarenakan dua hal: meninggalkan bacaan Al-Qur’an serta enggan mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.
Adapun sikap menyepelekan shalat wajib mendapatkan hukuman seperti orang yang meninggalkan Al-Qur’an; karena dahulu dia keberatan untuk mengangkat kepalanya dari ranjangnya, maka pantas bagi dia untuk mendapatkan balasan demikian yaitu kepalanya dihancurkan, dan siksaan tersebut akan terus menerus sampai hari kiamat datang.
Ibnu Qayyim rahimahullah pernah menyebutkan suatu kisah yang disandarkan kepada ‘Amr bin Dinar rahimahullah, “Ada seorang laki-laki penduduk kota Madinah, dia memiliki saudari perempuan yang tinggal di tepi kota Madinah.
Pada suatu hari saudarinya mengeluh kepadanya tentang keadaan yang dia hadapi, dan iapun datang menjenguknya. Namun tidak lama kemudian saudarinya tersebut meninggal dunia, dan diapun menguburnya. Ketika sudah pulang dan sampai dirumah, dia baru ingat kalau ada benda miliknya yang tertinggal di dalam kuburan, lalu dia meminta tolong kepada salah satu teman untuk menggali kuburan tadi sehingga diapun mendapatkan barang yang dia cari. Kemudian dia berkata kepada temannya, “Minggir-minggir, agar aku bisa melihat keadaan saudariku”. Tatkala dia membuka sebagian tutup yang ada di atas liang lahat ternyata kuburan tersebut terdapat api neraka yang menyala-nyala, diapun langsung mengembalikan tutup tadi serta meratakan kuburannya. Dia bergegas pulang ke rumah menjumpai ibu dan berkata, “Bagaimana keadaan saudariku dulu?” Ibunya menjawab, “mengapa kamu bertanya padahal dia sudah mati?” “Tolong kabari aku” balasnya. Akhirnya ibunya pun berkata, “Dia selalu mengakhirkan shalat, dan setau saya dia juga tidak pernah shalat dengan wudhu. Dia selalu mendatangi pintu-pintu tetangga, menempelkan telinganya kepada pintu mereka lalu menyebarkan apa yang dibincangkannya.”
8. Tidak menjaga kebersihan dari kencing.
9. Adu domba.
10. Menyakiti manusia dengan lisannya.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda,
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ في كَبِيْرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِيْ بِالنَّمِيمَة
“Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan mereka berdua disiksa bukan karena sesuatu yang besar: yang satu disiksa akibat tidak berlindung dari air kencing, sementara yang lainnya sering mengadu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiuallahu ‘anhu disebutkan,
وَكَانَ الآخَر يُؤذي النَّاسَ بِلِسَانِهِ وَيَمْشِي بَينَهُمْ بِالنَّمِيْمَةِ
“Yang lainnya selalu menyakiti orang lain dengan lisannya serta menebar fitnah diantara mereka.” (HR. Ibnu Hibban).
11. Ghibah (menggunjing).
Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada istrinya yang bernama Maimunah radhiyallahu ‘anha,
يَا مَيْمُوْنَة إِنَّ مِنْ أَشَدِّ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنَ الْغِيْبَةِ وَالْبَوْل
“Wahai Maimunah, sesungguhnya diantara adzab yang paling berat adalah adzab yang dikarenakan ghibah dan air kencing.” (HR. Ibnu Sa’d).
12. Menyiksa hewan.
Pada suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bercerita, suatu ketika diperlihatkan baginya api neraka, beliau melihat wanita dari Bani Israil yang sedang disiksa akibat perlakuan dia terhadap seekor kucing; dia mengikatnya, tidak memberikan makanan serta tidak membiarkannya untuk memakan serangga yang ada di muka bumi ini.”
13. Hutang.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma pernah bercerita, bahwa pada suatu hari ada seseorang yang meninggal dunia. Setelah dimandikan, dikasih minyak wangi dan dikafani mereka membawanya kepada Rasulullah ﷺ agar dishalatkan. Namun Rasulullah bertanya, “Apakah dia punya hutang?”, mereka menjawab, “Iya.”. lalu beliaupun bersabda, “Shalatlah untuk teman-mu.”
Abu Qatadah radhiyallah ‘anhu berkata, “Hutangan menjadi tanggungan wahai Rasulullah.” Dan akhirnya beliaupun ikut menshalatinya. Di esok harinya beliau bertanya, “Bagaimana dengan dua dinar (hutangnya mayit)?” Abu Qatadah menjawab, “Dia baru meninggal kemarin wahai Rasulullah.” Kemudian di esok harinya bertanya lagi, dan Abu Qatadah mengabarkan bahwa dia sudah melunasinya. Lalu Rasulullah bersabda,
الآن قَدْ بَرُدَتْ عَلَيْهِ جِلْدُهُ
“Sekarang, kulitnya sudah dingin (dari siksaan).” (HR. Hakim).
14. Berpaling dari dzikrullah.
Allah ﷻ berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا
Imam Qurtubi rahimahullah mentafsirkan kata ذِكْرِيْ ; Agama-Ku, kitab-Ku, dan beramal apa yang ada di dalam kitab-Ku.
15. Ghulul dari hasil perang.
Ghulul artinya mengambil harta dari hasil peperangan tanpa izin pemimpin terlebih dajulu. Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, sungguh selendang selimut yang dia ambil pada hari Khaibar yang merupakan harta hasil perang dan belum dibagi, maka akan menyalakan api baginya (dalam kuburannya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
16. Meratapi mayit.
Rasulullah ﷺ bersabda,
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ
“Mayit akan disiksa dalam kuburnya dengan sebab ratapan kepadanya.” (HR. Muslim)
Namun hal ini khusus bagi orang yang mewasiatkan kepada keluarganya untuk meratapi sepeninggal dia. Adapun orang yang tidak melakukan hal demikian, maka dia tidak terkena siksa meskipun keluarga meratapinya.
17. Enggan berpuasa di bulan Ramadhan.
Abu Umamah raradhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah pernah bercerita,“Ketika aku tidur (aku bermimpi) ada dua orang mendatangiku, keduanya memegang lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Mereka berkata, “Naiklah!” “Aku tidak sanggup” jawabku. Mereka berkata, “Kami akan memudahkanmu”. Lalu akupun naik, ketika aku sampai diatas gunung tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat keras. Akupun bertanya, “Suara apakah ini?!” mereka menjawab, “Ini adalah teriakan penghuni neraka.” Kemudian mereka membawaku, tiba-tiba aku melihat ada orang yang digantung dengan mata kakinya (terjungkir), pipinya sobek serta mengalirkan darah. Akupun bertanya, “siapa mereka?” keduanya menjawab,
هَؤُلَاءِ الَّذِيْنَ يُفْطِرُوْنَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ
“Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum waktunya.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
18. Tidak mau menyusui anaknya.
Rasulullah ﷺ tatkala dibawa oleh kedua orang tadi, beliau juga melihat kaum wanita yang payudaranya dipatuk oleh ular, beliaupun bertanya tentang siapa mereka, lalu kedua orang tersebut berkata,
هَؤُلَاءِ يَمْنَعُهُنَّ أَوْلَادَهُنَّ أَلْباَنَهُنَّ
“Mereka adalah orang-orang yang mencegah anak-anknya dari air susu mereka.” (HR. Ibnu Khuzaimah).
19. Liwath (hubungan sejenis).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
إِنَّ اللوْطَى إِذَا مَاتَ مِنْ غَيْرِ تَوْبَةٍ فَإِنَّهُ يُمْسَخُ فِي قَبْرِهِ خِنْزِيْرًا
“Sesungguhnya kaum liwath jika mati dalam keadaan belum bertaubat maka di dalam kuburan dia akan diubah bentuknya menjadi babi.”
20. Mendakwahkan kebaikan, namun melupakan diri.
Pada saat Rasulullah ﷺ melakukan isra’ mi’raj, beliau melihat sekelompok orang yang mulutnya disobek dengan gunting dari api neraka, setiap kali sobek maka kembali seperti semula lagi, lalu beliaupun bertanya, “Wahai Jibril siapa mereka?” Dia berkata,
خُطَبَاءُ أُمَّتِك الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ مَا لَا يَفْعَلُوْنَ وَيَقْرَؤُوْنَ كِتَبَ اللَّه وَلَا يَعْمَلُوْنَ بِهِ
“Penceramah dari umatmu, mereka berkata sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan membaca Al-Qur’an namun tidak mau mengamalkannya.” (HR. Baihaqi).
Referensi:
1. Rihlah ila Ad-Dar Al-Akhirah, Syeikh Mahmud Al-Mishri.
2. Ar-Ruh, Ibnu Qayyim.
3. Tafsir Qurthubi.
4. Tafsir Ibnu Katsir.